http://i771.photobucket.com/albums/xx357/cebol_01/Kursor.png

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 18 April 2016

Pentingnya Tahsin Quran (Plus Ebook Pedoman Tahsin Quran)

 “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat. Sebaliknya orang mukmin yang tidak suka membaca Alquran adalah seperti buah korma, baunya tak begitu harum, tetapi manis rasanya. Sedangkan orang munafik yang membaca Alquran ibarat sekuntum bunga, berbau harum tapi pahit rasanya dan orang munafik yang tidak membaca Alquran tak ubahnya laksana buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali.” (HR Bukhari dan Muslim).

Istilah ‘tahsin’ sering kali dikaitkan dengan aktivitas membaca al-Quran. Istilah ini telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama mereka yang menyadari pentingnya melaksanakan rutinitas membaca al-Quran dengan segala kesempurnaannya. Istilah ini muncul sebagai sinonim dari kata yang sudah lebih dulu akrab di telinga kaum muslimin, yaitu‘tajwid’ yang seringkali dipahami sebagai ilmu yang membahas tata cara membaca al-Quran dengan baik dan benar serta segala tuntutan kesempurnaanya. Secara bahasa, istilah tajwid yang disamakan dengan tahsin ini memiliki arti yang sama, yaitu membaguskan. Para ulama memberikan batasan mengenai istilah ini, yaitu “mengeluarkan huruf-huruf al-Quran dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf) dengan memberikan hak dan mustahaknya. Yang dimaksud dengan hak adalah menegaskan huruf disertai dengan penerapan sifat-sifatnya seperti mengalirnya nafas atau sebaliknya (hams dan Jahr) atau menebalkan huruf tertentu dengan cara mengangkat pangkal lidah atau menipiskannya (Isti’la dan Istifal) yang keseluruhan sifat huruf tersebut berjumlah 17 sifat. Adapun yang dimaksud dengan mustahak adalah mengaplikasikan sifat-sifat tambahan disebabkan misalnya terjadinya pertemuan huruf tertentu dengan huruf lainnya seperti idgham, ikhfa, iqlab atau mengaplikasikan kesempurnaan konsistensi tanda panjang sesuai dengan tuntutannya. Untuk mencapai kesempurnaan penguasaan ilmu ini secara teori dan praktek, setiap muslim dituntut untuk mengoptimalkan usaha melalui latihan-latihan dan praktek membaca yang senantiasa didampingi oleh orang yang dianggap sudah baik bacaannya. Bagi sebagian orang ada yang mendapatkan kemudahan untuk menguasainya namun ada juga yang merasa kesulitan karena ia belum terbiasa mengucapkan kata-kata selain bahasa yang dikuasainya.

Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan, sebagaimana diriwayatkan dari Utsman bin Affan ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda “Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Addarini).  Oleh karenanya “Bacalah oleh kamu sekalian Al Quran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari qiamat sebagai penolong bagi para pembacanya.” (HR. Muslim).
Rasululullah bersabda أَصْوَاتِهَا وَ الْعَرَبِ بِلُحُوْنِ الْقُرْآَنَ إ ِقْرَؤُوْا   “Bacalah AlQuran dengan cara dan suara orang Arab yang fasih”.  (HR. Thabrani)  dan Sabda Nabi : “Orang yang membaca Al Qur’an dan dia lancar membacanya akan bersama para malaikat yang mulia dan baik. Dan orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala ” (Muttafaq alaih dari Aisyah ra).‘Kesulitan’ yang dirasakan sebagian orang dalam mempelajari tahsin al-Quran telah mengantarkan pada satu kesimpulan bahwa yang paling penting dalam membaca al-Quran adalah berusaha memahaminya agar mampu diamalkan, bahkan sebagian ada yang berpendapat bahwa kesempurnaan membaca al-Quran dengan menerapkan tajwid atau tahsinnya adalah pelengkap saja atau sekedar hiasan (aksesoris), maka mencapai kesempurnaan membacanya bukanlah suatu prioritas yang diutamakan, kembali pada pendapat di atas, tujuan utama membaca al-Quran adalah memahaminya untuk diamalkan, sebab kalau tidak demikian, maka fungsi ‘huda’ tidak tercapai, begitulah kira-kira pendapat sebagian orang tersebut. Terlebih lagi sebagian orang tua ada yang berkata, lisan kami sudah sangat sulit untuk mencapai pengucapan huruf yang sempurna, maka interaksi kami dengan al-Quran cukuplah hanya berusaha memahaminya agar bisa diamalkan.
Pendapat di atas tidak ada salahnya, namun kiranya perlu dipahami secara seimbang dan komprehensif, jangan sampai alasan yang disampaikan bukan menguatkan pendapat di atas malah menegaskan kelemahan penyampai argumen yang alasannya cenderung diada-adakan. Bukankah membaca al-Quran dengan mempraktikkan kaidah-kaidah tahsin atau tajwidnya merupakan pengamalan yang harus dilaksanakan sebagai konsekwensi pemahaman ayat al-Quran yang memerintahkannya? Dan kalau diperhatikan, ada beberapa hal yang menyebabkan kita harus ‘tahsin’ dalam membaca al-Quran :
1. Perintah Allah Swt.
Allah Swt memerintahkan dalam QS. Al-muzzammil : (4) : (ورتل القرءان ترتيلا), dan bacalah Al-Quran dengan tartil, demikianlah lebih kurang terjemahan ayat di atas. Para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah membaca dengan pelan-pelan, penuh ketenangan dan perhatian yang serius dengan memperjelas pengucapan huruf-hurufnya. Imam Al-baidhawi menambahkan bahwa kesempurnaan tersebut dengan cara melatih lisan atau pengulangan dan merutinkan bacaan sambil mempraktikkan kesempurnaan pembacaan huruf-huruf yang tipis (tarqiq) dan tebal (tafkhim), memendekkan huruf yang pendek dan memanjangkannya jika menuntut demikian serta mengaplikasikan kaidah lainnya yang terangkum dalam materi tahsin al-Quran (Nihayah Qaulil Mufid, 2003). Pengertian ini juga yang ditegaskan oleh seorang pakar Tafsir, M. Ali As-Shabuni dalam tafsir ayat ahkamnya sewaktu menerangkan tentang QS al-muzammil: 4 ini, dan menambahkan agar pembacaan demikian dapat mengantarkan pada parasaan ta’zhim (keagungan) yang dikandung al-Quran dan berusaha merenungi (tadabbur) makna-maknanya. Inilah maksud definisi singkat tentang tartil yang disimpulkan oleh seorang sahabat terkenal, Ali Ibn Abi Thalib. Beliau menyimpulkan makna tartil dengan ungkapan yang cerdas“ tajwiidul huruf wa ma’rifatul wuquf”, men-tajwid-kan/membaguskan pengucapan huruf-hurufnya serta mengetahui tempat-tempat berhentinya. Bukankah seseorang yang membaca al-Quran dengan sempurna dan mengetahui kapan ia harus memulai dan memberhentikan bacaannya sesuai dengan ‘titik- komanya’ karena ia paham dari apa yang dibacanya? Perintah membaca al-Quran dengan tartil lebih ditegaskan lagi dalam pemahaman ayat di atas ketika kata perintah ‘rattil’ terulang kembali dalam bentuk mashdar ‘tartila(n)’, yang mengesankan makna adanya perhatian yang besar mengenai terealisasinya perintah Allah ini, pengagungan terhadap obyeknya yaitu Al-Quran, dan besarnya pahala yang Allah berikan kepada para pelaksana perintah ini.

2. Refleksi keimanan setiap hamba yang taat.
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-baqarah : 121,
الذين ءاتيناهم الكتاب يتلونه حق تلاوته أوالئك يؤمنون به ومن يكفر به فأولئك هم الخاسرون
orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang merugi.
Saiful Islam Mubarak Lc., M.Ag., menuliskan dalam Risalah Mabitnya (Permata, 2003), ada beberapa hal yang perlu diresapi sebagai tadabbur dari ayat di atas; pertama, kata tilawah sebagaimana dalam ayat di atas, yang berarti membaca, sering dihubungkan dengan al-Quran dan tidak biasa dikaitkan dengan selainnya. Hal ini mengesankan keistimewaan al-Quran dibanding kitab lainnya yang mendorong kita untuk mengetahui rahasia membacanya. Kedua, beliau mengutip pendapat As-Shabuni dalam Shafwatutafasir, bahwa yang dimaksud dengan haqqa tilawatihi, ‘bacaan yang sebenarnya’, adalah bacaan sebagaimana Jibril membacakannya kepada Muhammad Saw, ini menunjukkan bahwa membaca al-Quran mempunyai aturan tertentu yang tidak dimiliki bacaan selainnya dan orang yang membaca dengan demikian adalah yang beriman kepadanya. Ketiga, ayat di atas menjelaskan dua golongan manusia, yang beriman dan kufur. Golongan pertama adalah yang membaca al-Kitab dengan bacaan yang sebenarnya yaitu sesuai dengan bacaan Rasulullah. Menurut konteks ayat di atas, maka dapat dipahami siapa yang termasuk golongan kedua. Oleh karena itu mempelajari tahsin atau tajwid bukan masalah yang patut diremehkan, sebab ia sangat berhubungan dengan masalah keimanan. Dan bila sudah berusaha untuk mencapai kesempurnaan membacanya dengan mempelajari ilmu tahsin namun belum sampai pada kesempurnaan bacaan yang dicontohkan Rasulullah , mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahan dan dosa hamba-Nya. Demikian kurang lebih beliau menuliskan.

3. Mengikuti jejak Rasulullah, para sahabat dan pewarisnya yang mendambakan surga.
Banyak hadis serta atsar sahabat yang menjelaskan keutamaan orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran mulai dari memelihara kesempurnaan bacaannya hingga menghafalnya, namun cukuplah satu hadis Rasul yang menegaskan para ahli al-Quran adalah orang-orang yang terbaik. Rasulullah Saw bersabda :
خيركم من تعلم القرءان و علمه (رواه البخاري)
Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya ( HR. Imam Bukhari)
Sebagaimana dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa kedudukan seseorang menjadi yang terbaik ditunjukkan di antaranya dengan dua aktivitas utama ketika berinteraksi dengan al-Quran, yaitu belajar dan mengajarkan. Memang, untuk mencapai manfaat maksimum dari Kitab Allah ini adalah dengan melaksanakan dua aktivitas tersebut, dengan demikian terbukalah pintu-pintu kebaikan lainnya. Belajar adalah syarat utama untuk mencapai puncak ilmu dengan segala persyaratannya yang harus dilakukan, mengajarkan adalah memberikan kemanfaatan terhadap orang lain dari apa yang dipelajarinya di samping sebagai kontrol terhadap dirinya agar melaksanakan setiap ilmu yang dipelajarinya jauh sebelum ia ajarkan kepada orang lain.
Abduh Zulfidar Akaha dalam bukunya 13 Orang terbaik dalam Islam ( Al-kautsar, 2004) menerangkan, maksud mempelajari al-Quran dari hadis di atas adalah belajar membaca al-Quran dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca al-Quran dengan tartil dan benar seperti ketika diturunkannya. Dan hal demikian hanya dapat tercapai melalui talaqqi, belajar dengan berhadapan secara langsung antara guru dan murid dengan melibatkan indera utama melihat dan mendengar. Imam Al-Jazari salah seorang pakar ilmu Qiraat dan imam di bidangnya mengatakan “ aku tidak mengetahui jalin paling efektif untuk mencapai puncak tajwid selain dari latihan lisan dan mengulang-ulang lafazh yang diterima dari mulut orang yang baik bacaannya.

4. Memelihara al-Quran dari kesalahan yang tidak layak.
Para ulama tajwid membagi 2 kesalahan dalam membaca al-Quran, kesalahan pertama adalah lahn Jaliyy, yaitu kesalahan yang mudah diketahui seperti pengucapan huruf ش yang dibaca dengan huruf س dalam lafazh شكر , tentunya kesalahan ini tanpa disadari telah merubah huruf al-Quran sehingga dihukumi sebagai kesalahan fatal yang menyebabkan keharaman apalagi kalau sampai merubah maknanya. Kesalahan kedua adalah yang disebut dengan lahn khofiy, kesalahan yang diketahui oleh orang-orang tertentu diantaranya oleh orang-orang yang memahami ilmu tajwid al-Quran. Kesalahan ini berkisar pada ketidakmampuan menerapkan kaidah hukum seperti idgham, ikhfa, iqlab dan lainnya. Kesalahan ini tergolong ringan sehingga sebagian menghukuminya makruh namun ada pula yang mengharamkannya sebab dengan demikian telah ikut merusak keindahan al-Quran. Dengan mempelajari ‘tahsin’ maka dipandang adanya usaha dari kita untuk membebaskan diri dari perangkap kesalahan ini dan berharap agar Allah senantiasa mengampuni ketidakmampuan untuk mencapai kesempurnaannya setelah berusaha secara maksimum.

5. Menuju kesempurnaan ridla Allah Swt.
Pelaksanaan ibadah kepada Allah Swt adalah dengan segenap perbuatan,ucapan, bahkan lintasan hati yang diorientasikan kepada Allah Swt dengan mengharapkan keridlaan-Nya. Agar sampai pada keridlaan-Nya, pelaksanaan ibadah yang dilandaskan pada perintah dan larangan-Nya. Keseriusan kita dalam mempelajari dan mengamalkan membaca al-Quran dengan segala kesempurnaannya karena dilandasi keyakinan akan jaminan Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan pada golongan para ahli al-Quran yang disanjung oleh Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah Saw bersabda; “orang yang membaca al-Quran dan ia pandai dalam membacanya, ia akan bersama para malaikat yang menjadi utusan yang mulya lagi suci, sedangkan orang yang membaca al-Quran namun terbata-bata, kesulitan serta kesukaran dalam membacanya, ia akan memperoleh dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka orang demikian akan berusaha meminimalisir kesalahan bahkan melepaskan diri dari setiap kesalahan walau yang makruh sekalipun, karena ia paham makruh berarti dibenci, ya.. dibenci oleh Allah Ta’ala, akankah keridlaan Allah datang pada setiap lafazh al-Quran yang dibacakan jika pembacanya senantiasa terjebak dalam kesalahan yang makruh sekalipun? Akankah seseorang yang kita senangi menaruh simpati kepada kita setelah kita berikan hadiah dengan sesuatu yang dibencinya?logika manusia normal akan menjawab, tidak !!!

Ebook Panduan Pedoman Daurah Quran Lengkap bisa DOWNLOAD disini..!!! 
Contoh Simpel Latihan pengucapan Disiko,,,,!!!

*Berbagai Sumber

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More